Senin, 19 Mei 2008

Kronolidi

Wah, ternyata bener deh. Tanggapan orang2 itu muacemnya banyak. Ada yang bilang, “Kreatif”, “Bagus…. ternyata di tengah pragmatisme warga kompleks Watoe Dhakon masih ada yang mau mengangkat tema-tema kontroversial seperti ini. Jika saja surga-neraka itu milikku, mereka tidak akan kumasukkan neraka”. (tapi belum tentu masuk surga juga kali yee….). Ada juga yang bilang, “kurang kerjaan banget sih anak2 kelas satu ini”, “ini apa to? Apa cuma pengen nampang n terkenal?”, “aneh banget sih”. Malahan ada yang ngirain kalo sapulidi itu diafiliasi salah satu organisasi ekstra, ada yang ngira buletin punya kelas. Trus, biarpun pada liditorial edisisatu kemaren kawanKu (kayak majalah remaja aja ja?) bilang kalo definisi hanya akan mengurangi harga, tapi menurutku ternyata sapulidi = al-Quran. Samanya, sama-sama progresif dan kontekstual. Nah, keadaan sekarang menuntut definisi dan deskripsi dari sapulidi agar kerancuan dan kesalahpahaman bisa terbersihkan, karena itulah hakikat kronolidi lahirnya sapulidi.

Berawal dari pertemuan dan kebulatan tekat / keinginan bulat untuk melangkah bersama (kalo bahasa pacarannya, ber317an, hehehe), embrio sapulidi mulai terbentuk. Sejak semester gasal di kelas US.A1 di ruang G1 dulu, calon tukang2 sapu2 sudah punya gagasan besar untuk mengekspos gagasan2 kecil mereka. Seiring waktu, hasrat embrio itu pun sempat pupus. Hingga naik kelas ke semester genap ke gedung sakral historis di blok D, embrio itu masih saja bertahan (gak mau keluar). Sampai puncaknya pas diskusi sama temen2, mulai ada pemetaan-pemetaan pemikiran. Akhirnya, dengan satu misi – mendobrak “kenyamanan lama” yang menghegemoni pikiran umat manusia (wow, guuuuayane rek….), dan dengan misi yang relatif-fleksibel; di antaranya ya biar terkenal itu tadi (padahal sebelumnya q dah ngira kalo tukang2 sapu2 udah pada dikenal orang, eh ternyata belum. Lelah deh….)

Namun, pada dasarnya sapulidi hanya ingin menjadi mediator bagi perbincangan wacana. Sapulidi bukan hanya milik tukang2 sapu2, juga bukan hanya milik kelas Ushuluddin Angkatan 2007, tapi sapulidi hanya milik orang2 dengan semangat membara untuk mewarnai sejarah peradaban umat manusia.

1 komentar:

detakjantungku.blogspot.com mengatakan...

kalo menurutku, konsumen belum ngrasaen gimana alur sapulidi kalo baru beberapa kali terbit. berdasarkan fakta, mereka terkesan tak begitu perhatiin minimagz kita itu. kaya'e mreka berkata dalam Hati,"INIAPATO".
Yah, kita teruskan aja perjuangan kita menularkan otak-otak panas ke yang laen, biar lebih mengerti pada majalah suci Sapulidi.